Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Seputar Adiksi III: Kalau Kecanduan, Harus Bagaimana?


Kecanduan dalam bentuk kronisnya sudah tentu mengganggu banyak orang di dalam keluarga.  Jadi, tidak hanya menjadi masalah bagi orang tersebut langsung, namun sudah berimbas ke orang lain. Lalu, apa yang harus dilakukan?

 

Carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai adiksi. Hubungi mereka yang sudah biasa menangani adiksi atau kecanduan, dan bertanyalah sebanyak mungkin. Untungnya, di zaman sekarang tidak sulit untuk mencari informasi di internet, dan bahasapun kerap tidak menjadi kendala dengan meningkatnya alat-alat bantu terjemah seperti google translate, yang meskipun tidak selalu akurat terjemahannya, namun bisa cukup dipahami.

 

Carilah bantuan. Seringkali upaya menangani sendiri dihadapkan pada kegagalan berulang kali.  Sebagaimana anda mencari dokter bilamana membutuhkan operasi ginjal, penanganan adiksi perlu ditangani mereka yang ahli. Karena, berbeda dari pemahaman kebanyakan orang, kecanduan bukan semata-mata masalah ketergantungan fisik. Pemulihannya pun bukan semata-mata difokuskan pada fisik, melainkan juga mencakup pemulihan mental, emosional dan spiritual.

 

Banyak mereka yang berusaha menyembuhkan dirinya sendiri atau anggota keluarganya karena cemas ketahuan orang. Namun sama dengan menghadapi masalah ginjal, penyakit tidak hilang dengan sendirinya dan tidak selalu bisa ditangani sendiri.

 

Seringkali orang hanya akan mencari bantuan kalau dihadapkan pada krisis – baik krisis itu diciptakan atau terjadi begitu saja. Contoh krisis yang kebetulan terjadi, adalah bila seorang pecandu tertangkap polisi sedang membawa narkotika sehingga terancam masuk penjara sehingga mendadak berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan berubah. Ia kapok, dan benar-benar kapok sehingga berusaha untuk berubah. Ini adalah saat yang tepat bagi keluarga untuk mendukungnya masuk pemulihan. Ini artinya menggunakan krisis sebagai pemicu perubahan.

 

Diciptakan, adalah kalau keluarga tidak memungkinkan si pecandu terus melakukan tindakan yang merusak dirinya dan tidak memberinya pilihan lain kecuali pulih. Di dalam bahasa perawatan kecanduan, yang terakhir ini disebut sebagai cinta keras atau tough love. Artinya adalah cinta yang memungkinkan seseorang pulih, sembuh dan keluar dari kerangkeng adiksi. Sebagai lawannya adalah cinta lembek, atau cinta yang memungkinkan si pecandu terus menerus menyakiti dirinya dan masa depannya sendiri.

 

Cinta keras menuntut keluarga tegas mengambil sikap dan menolak menyelamatkan si pecandu berulangkali ketika menghadapi berbagai masalah, terutama kalau terkait zat adiktif. Contohnya saja, kalau ia tertangkap polisi, maka gunakan kesempatan tersebut untuk mendorongnya untuk pulih dibandingkan menyelamatkannya dengan berusaha membayar polisi untuk melepaskannya. Mengusahakan untuk membayar polisi agar si pecandu dibebaskan ini justru merupakan cinta lembek, dan akan membuat si pecandu ‘sadar’ bahwa ia akan selalu diselamatkan oleh keluarganya sehingga ia bisa kian sewenang-wenang dalam bertindak – bukannya sadar bahwa ia mempersulit keluarga. Kalau ia mencuri dan keluarga yang mengganti, ia menemukan cara baru untuk memperoleh uang saat ia membutuhkannya. Dan, ia akan terus menggunakan zat adiktif kesukaannya tanpa menghadapi konsekuensi. Apalah artinya sekedar diteriaki keluarga. Besok mereka toh akan diam sendiri. 

 

Nah, bukan si pecandu saja yang harus bisa mengatakan tidak kepada narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Kalau Anda anggota keluarga seorang pecandu, apakah Anda mampu mengatakan tidak pada si pecandu? Jadi, bukan sekedar menuntutnya berubah, tetapi menunjukkannya dengan sikap tegas. Anda siap?