Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Perut Pangkal Sehat


Masalah perut sangat penting bagi banyak orang. Perut kenyang membuat ngantuk, perut lapar bikin gelisah dan bete. Banyak perut lapar berkumpul bahkan dapat menyulut sebuah revolusi.
 
Ternyata, apa yang kita masukkan ke dalam perut memiliki implikasi jauh melampaui rasa lapar, kenyang atau sekedar kenikmatan kuliner.
 
Penelitian terkini mengukuhkan pentingnya "kesejahteraan" perut bagi kita. Banyak riset dalam beberapa tahun ini membuktikan adanya peran usus sehat berkaitan dengan begitu banyak hal dalam kesehatan. Mulai dari imunisasi yang lebih baik hingga menurunkan berat badan, pencegahan penyakit, dan bahkan kebahagiaan. Banyak pakar berkesimpulan bahwa perut, atau tepatnya lebih dari 100 trilyun bakteri yang tinggal di dalamnya, memegang kendali utama kesehatan.
 
Dr David Perlmutter, seorang ahli saraf dan pakar kesehatan otak-usus, menyimpulkan apa yang terjadi di usus (terutama mikrobiota di dalamnya) dapat memberikan efek dramatis yang mempengaruhi hampir setiap proses metabolisme penting dalam tubuh manusia. 
 
Peran usus dalam ketahanan tubuh
Beberapa temuan kunci mengukuhkan peranan kuat usus yang sehat dalam sistem kekebalan tubuh. Sekitar 70-80% dari jaringan kekebalan tubuh berada dalam sistem pencernaan kita. 
 
Ini berarti bahwa bagi mereka yang mau peduli kesehatan dapat memiliki banyak peluang untuk memodifikasi gaya hidupnya, agar dapat menjadi lebih tahan terhadap penyakit. 
 
Pandangan ini juga diperkuat oleh Dr Nicola Angel, ahli mikrobiome dari Australia. Mikrobiota usus yang baik dibutuhkan untuk memperoleh respon imun yang berfungsi baik dan tahan terhadap infeksi patogen. 
 
Mikrobiota usus berperan penting dalam mengatur tingkat peradangan dalam tubuh manusia. Kita tahu peradangan dapat menyebabkan penyakit seperti Alzheimer, arteri koroner, diabetes dan juga kanker. Ketidak-seimbangan bakteri "baik vs jahat" dalam usus juga dapat dikaitkan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan.
 
Hubungan mikrobiota dalam perut dan otak
 
Sebagian besar neurotransmitter berasal dari dalam usus dan dampak mikrobiota dalam usus dapat mempengaruhi suasana hati kita. Organisme dalam usus mengirim sinyal ke otak dan otak mengirim sinyal kembali ke usus, ini akan berdampak pada  depresi dan kesehatan mental.
 
Ketidakseimbangan mikrobiota usus juga bisa menjadi penyebab terselubung dari beberapa masalah,  mulai dari kelelahan dalam belajar dan masalah perilaku anak-anak, asma dan berbagai penyakit kulit.
 
Namun beberapa terobosan teknologi sekarang dapat memeriksa kondisi isi perut kita dengan analisis tinja.
Hasil tes ini dapat merinci semua yang terdapat dalam usus: lengkap dari semua bakteri, virus, jamur atau resistensi antibiotik. Analisis yang komprehensif memungkinkan kita mengetahui apakah pasien mengalami infeksi bakteri, infeksi parasit atau pertumbuhan ragi yang berlebih, yang juga dapat mempengaruhi
populasi bakteri dalam usus.
 
Berikut adalah saran para ahli untuk menjaga agar usus dalam kondisi yang baik:
 
1 Meningkatkan konsumsi prebiotik
Prebiotik adalah makanan yang dapat menyehatkan pertumbuhan dan aktivitas mikrobiota. Sumber terkaya prebiotik termasuk bawang putih, bawang merah, daun bawang, pisang, asparagus, sawi putih, artichoke Yerusalem, dan dandelion hijau.
 
2 Makan lebih banyak serat dan makanan yang difermentasi
Diet tinggi serat - sayuran, buah-buahan, kacang dan biji-bijian, sangat penting untuk keragaman bakteri usus. Sementara makanan fermentasi   sangat bermanfaat untuk mempromosikan bakteri baik. Ini termasuk yoghurt, kefir, sauerkraut (berasal dari kubis), miso, tempe, tamari, kimchi, dan kombucha. Namun hati-hati, katanya makanan jenis ini mungkin bisa bermasalah bagi mereka yang pencernaannya terganggu, maka perlu menyehatkan usus sebelum kembali memperbanyak populasi mikroba dalam usus.

3 Pertimbangkan suplemen probiotik
Pakar menyarankan bahwa suplemen probiotik juga dapat berperan penting untuk kesehatan perut yang baik. Masih banyak yang belum diketahui tentang suplemen probiotik jenis apa yang cocok untuk masing-masing individu. Penggunaan suplemen probiotik sebaiknya diawasi dan dipantau oleh pakar yang bersangkutan.
 
4 Hindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu
Semua pakar kesehatan sepakat antibiotik membunuh bakteri baik dan sulit untuk kembalikan populasi bakteri baik ke jumlah normal. 
Penting untuk ditegaskan bahwa jangan sembarang mengkonsumsi antibiotik bila memang tidak  perlu. Ini perlu ditekankan karena antibiotik di Indonesia begitu mudah diperoleh tanpa resep dokter!
 
5 Hindari makanan penyebab inflamasi
Makanan yang telah diproses dan makanan yang manis adalah penyebab peradangan. Gula memberi makan pada bakteri jahat sehingga mengganggu keseimbangan bakteri dalam perut. 
 
6 Mengkonsumsi makanan anti-inflamasi
Bagi mereka yang ingin sembuh, disarankan banyak konsumsi lemak baik serta makanan yang dapat memperbaiki lapisan usus, misalnya kunyit dan lidah buaya yang anti-inflamasi. Jangan lupa minum yang cukup: perut adalah organ detoks utama tubuh, ibaratnya sungai, harus mengalir dengan bebas.
 
7 Tangani stres 
Usus mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Minimalkan stres dengan olahraga yang berhubungan dengan pernapasan seperti taichi, yoga pilates atau mulai latihan meditasi kesehatan. Beberapa pose yoga tertentu juga baik untuk kembung dan sembelit.
 
8 Jangan hidup terlalu steril 
Sterilisasi dan penggunaan produk anti-bakteri setiap saat kadang dapat berakibat sebaliknya. Ingat, kita perlu memelihara dan menjaga keseimbangan beragam mikroba dalam tubuh, maka filosofi "belum lima menit" ketika makanan jatuh di meja, mungkin ada baiknya diterapkan sesekali. (L/EC/berbagai sumber)