Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Apa yang membuat orang tua kita bahagia?


Beberapa tahun lalu saya sempat membujuk ayah saya yang suka membaca untuk menggunakan ipad yang baru diluncurkan. Bayangan saya dia akan amat senang karena semua buku klasik yang dia suka dapat diakses lewat gadget baru ini. Saya amat kecewa ketika mainan baru itu hanya disentuh beberapa saat lalu diterlantarkan. Kok begitu sih ya?

Belakangan ini saya baru mendapatkan jawabannya: Sebuah studi  baru mengemukakan  jenis pengalaman yang membuat kita bahagia cenderung berubah sesuai dengan meningkatnya usia. Ketika masih muda dan percaya memiliki masa depan jauh ke depan, kita lebih suka dengan pengalaman "luar biasa" yang di luar rutinitas kehidupan sehari -hari. Tapi ketika usia semakin dewasa dan sadar bahwa waktu semakin terbatas, kita akan menempatkan nilai lebih pada pengalaman kehidupan sehari-hari yang "biasa".

Kesimpulan Amit Bhattacharjee, salah satu peneliti dan seorang asisten profesor pemasaran di Dartmouth College adalah: bagi anak muda yang sedang mencari jati diri, pengalaman "luar biasa" akan bantu membentuk identitas pribadi mereka.  Sementara bagi mereka yang berusia lanjut, pengalaman sehari-hari lebih dihargai karena akan memperkuat jati diri yang sudah terbentuk.

"Ketika merasa waktu mulai terbatas, maka Anda akan fokus pada apa yang sudah dimiliki" kata Peter Caprariello , asisten profesor pemasaran dari Universitas Stony Brook.

Temuan ini diambil dari delapan penelitian dengan tema yang hampir sama. Salah satu penelitian meminta responden berusia 18-79 untuk mengingat pengalaman mereka, baik yang luar biasa atau pun yang biasa-biasa saja, kemudian memberi nilai pada respon emosional masing-masing. Kesimpulannya: kebahagiaan yang berasal dari pengalaman yang luar biasa tetap cukup konstan, tetapi kesenangan dari pengalaman biasa meningkat ketika orang semakin tua. Persepsi akan masa depan yang terbatas akan mengubah perspektif emosional dan menyebabkan lansia untuk menusatkan energi pada apa hal-hal yang paling berarti saja.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pengalaman, bukan harta benda, yang akan membuat kita mersa lebih bahagia. Pengalaman berbagi dengan sesama menghasilkan kebahagiaan yang paling nikmat.

Persepsi kebahagiaan juga berubah dari waktu ke waktu; orang-orang yang lebih muda lebih menghargai perasaan senang, sementara orang usia lanjut akan mendapatkan kepuasan lebih banyak dari rasa damai dan tenang .

Kesimpulannya? Hal-hal yang kita nikmati belum tentu akan membuat orang atau kerabat yang lanjut usia merasa bahagia. Orang tua yang lanjut usia tidak butuh pemberian kado mahal atau gadget terkini yang super canggih, mereka mungkin akan lebih bahagia bila ditemani untuk sekedar makan malam di rumah. (L)