Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Rahasia Tidur Nyenyak


Teman saya seorang pengacara sukses di Singapura. Punya karir sangat bagus. Sugih berkecukupan. Istri cantik yang juga seorang pengacara sukses. Dan putra putrid yang menjelang remaja. Pokoknya boleh dibilang sempurna. Saat ulang tahunnya tahun lalu, kami bertemu di Bali. Sambil menikmati espresso dan menyaksikan senja yang turun melambat, iseng-iseng saya tanya , apa hadiah yang paling didambakan-nya ? Mulanya dia hanya tersenyum. Setelah hampir terdiam sekian menit, ia menjawab dengan senyum kecut, dan jawaban-nya sangat mengejutkan, bahwa ia sangat mendambakan tidur nyenyak. Tentu saja saya terhenyak dan sempat kaget. Siapa yang menyangka bahwa ia punya masalah susah tidur ?

 

Konon, salah satu satu dongeng yang beredar bertahun-tahun, bahwa saat menjadi Presiden, pak Harto juga mengalami situasi yang mirip. Beliau susah tidur. Maka beredar cerita, bahwa agar rileks, pak Harto gemar memancing tengah malam, setiap kali ngak bisa tidur. Itu sebabnya, ada wilayah tertentu di kepulauan Seribu yang dipenuhi dengan rumpon bekas becak. Nah, kata dongeng, disitulah pak Harto gemar memancing, karena ikan-nya sangat banyak.

 

Lebih dari 6 bulan yang lalu, ketika saya, membuka TIRTAYU Healing Center, dan berkesempatan bergaul dengan berbagai pasien dan dokter, saya baru menyadari bahwa 2 penyakit yang paling umum adalah susah tidur dan sakit kepala. Namun kebanyakan penderita menganggap keduanya bukanlah penyakit yang berbahaya, sehingga akhirnya mereka seolah takdir. Sebagian dari mereka menerima begitu saja. Dan belajar hidup dengan gangguan seperti itu. Sebagian lagi menjadi pelanggan obat sakit kepala atau obat tidur. Maka hidup-pun berlanjut apa adanya.

 

Saya sendiri pernah mengalami periode susah tidur. Dan rasanya menderita bukan main. Periode itu berlangsung lebih dari 10 tahun. Hingga pada akhirnya saya disembuhkan oleh Mpu Peniti. Kini, saya dengan mudah bisa tidur dimana saja. Juga dalam hampir setiap situasi. Saya berani mengatakan bahwa bisa tidur nyenyak adalah kebahagiaan yang luar biasa. Sederhana. Tetapi nikmat bukan main.

 

Sehari setelah Waisak kemarin, saya ditelpon Mpu Peniti. Rupanya beliau kedatangan peziarah dari Thailand, yang berkunjung ke Borobudur, saat perayaan Waisak. Mpu Peniti meminta saya memasak masakan Indonesia. Rupanya teman-teman beliau sangat kangen dengan masakan Indonesia. Karena teman-teman Mpu Peniti ini, semuanya adalah praktisi vegetarian, maka terpaksalah saya memasak kari sayur, semur tahu dan gado-gado. Teman Mpu Peniti sebenarnya hanya satu, tetapi ia membawa beberapa teman dari Thailand, dan mereka selalu berziarah beberapa kali dalam setahun ke Borobudur.

 

Usai makan, kami ngobrol di beranda belakang. Sambil minum the Upet kesayangan Mpu Peniti, dan menikmati rokok kretek. Teman Mpu Peniti, berusia hampir 70 tahun. Kedua lengan-nya dipenuhi dengan tattoo. Di awal tahun 80’an kehidupan beliau sangat keras. Sejak remaja ia sudah aktif dalam dunia criminal. Keluar masuk penjara. Hidupnya kacau balau. Dan hampir tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Alkisah suatu hari hari entah kenapa, menjelang sore, ia sempat tertidur. Dan tidurnya juga sangat singkat. Kurang dari sejam. Namun dalam tidur singkat itu ia bermimpi tentang Borobudur. Maka akhirnya dengan sangat penasaran beliau berziarah ke Borobudur. Saat berziarah itulah, ia kahirnya bertemu Mpu Peniti. Pertemuan itu menjadi momen awal persahabatan mereka. Entah kenapa, saat berziarah itulah, beliau kemudian menjadi bisa tidur. Bukan sembarang tidur, tetapi tidur yang sangat nyenyak, sampai lebih dari 10 jam. Saking merasa nikmatnya, maka ia sampai tinggal di Djogdjakarta selama lebih dari sebulan, baru pulang. Sejak peristiwa itu beliau rajin berziarah ke Borobudur tiap tahun.

 

Beliau sendiri menitip cerita yang sangat menkajubkan. Bahwa sejak balik dari Borobudur, ia mengubah hidupnya. Tobat dari dunia hitam. Dan hidup dengan lurus dan berusaha dengan jujur. Mulanya saya berpikir beliau mengalami peristiwa religious, dalam ziarah pertama itu. Beliau tertawa ketika mendengar asumsi saya. Memang secara religious dalam banyak agama diajarkan bahwa dalam kehidupan kita selalu berlaku hukum sebab akibat. Apa yang kita panen selalu adalah hasil apa yang kita tanam. Kalau kita menanam niat jahat, maka hasilnya akan jahat. Dan sebaliknya. Tetapi selama sebulan, berkeliling di Djogdjakarta, beliau diajak Mpu Peniti, ke gunung Merapi, ke Kulon Progo dan juga berkeliling ke sejumlah pantai di Selatan Djogdjakarta, maka yang dialami beliau adalah keindahan semata. Dalam takjub yang bersamaan, beliau bersarung batik, makan masakan Djawa, belajar menari, dan meresapi music gamelan, selama hampir sebulan, lagi-lagi yang beliau rasakan adalah kebaikan dan ketenangan. Beliau akhirnya merasa dibekali keindahan, kebaikan dan ketenangan. Maka cara pandang hidupnya menjadi berubah. 3 hal inilah yang menjadikan-nya manusia yang berbeda ketika ia kembali ke Thailand. Beliau merumuskan dengan sederhana bahwa adalah kewajiban kita dengan panca indera kita, mencerna kehidupan ini dengan penuh keindahan. Lalu berbekal semua yang indah, kita harus berbuat kebaikan dalam setiap perbuatan kita. Sehingga kita mendapatkan ketenangan hidup. Sederhana dan praktis, begitulah beliau menjelaskan kepada saya.

 

Pulang ke Thailand, beliau pindah ke Chiang Mai, lalu menikah, membesarkan keluarga. Dan mulai berusaha kecil-kecilan. Hingga hasilnya berkelimpahan. Maka beliau lalu selalu bisa tidur nyenyak  Yang menarik adalah pernyataan beliau, bahwa ketika hidup kita penuh keindahan, kebaikan dan ketenangan, maka hidup menjadi serba ajaib. Ketika hidup serba ajaib, maka semuanya menjadi sangat religius. Bangun tidur,menggosok gigi, mandi dan sarapan, selalu religius baginya. Beliau mengatakan, saat ia mengalami hal itu semua, maka doa yang ia panjatkan semakin sederhana. Tidak lagi pernah panjang dan rumit. Karena ia merasa sentuhan Tuhan dalam setiap perbuatan-nya.

 

Iseng saya bertanya lebih lanjut, lalu kalau semua itu telah diperolehnya, mengapa ia masih merasa perlu berziarah ke Borobudur tiap tahun. Beliau tertawa terbahak-bahak. Kata beliau, salah satunya adalah alas an untuk makan masakan Indonesia, merokok kretek dan bertemu Mpu Peniti. Hal lain adalah kembali menikmati semua keindahan Djogdjakarta. Namun yang terpenting, menghayati kenangan lama. Kesempatan merenungi hidupnya. Agar selalu ada cerita baru untuk cucunya. Begitu pesan beliau.

 

Pelajaran yang saya dapatkan dari Mpu Peniti, ternyata juga sama, bahwa belajarlah menikmati keindahan hidup ini, agar kita termotivasi selalu berbuat kebaikan dan kebajikan, yang akhirnya memberikan kita ketenangan hidup. Hanya dengan ketenangan hidup yang sempurna, kita memiliki bekal tidur nyenyak. Setiap malam dan setiap saat. (Kafi Kurnia)