Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Delapan Malaikat


 

Menjelang imlek, saya dipertemukan dengan seorang peramal. Saat kami berjabatan tangan, ia melihat saya dengan pandangan yang sangat aneh. Ia melepas kaca matanya. Dengan pandangan tidak percaya. Lalu melipat kaca matanya, menaruhnya dengan rapi dikantung baju. Tersenyum lebar. Menggandeng lengan saya dan menyuruh saya duduk. Dengan kata-kata yang sangat pelan, hamper berbisik ia mengatakan saya seharusnya sangat berbahagia. Saya membalas tersenyum. Ia lalu mengatakan sesuatu yang tidak mungkin saya percaya. Bahwa disekeliling saya ; ia melihat ada 8 mahluk seperti malaikat. Saya hampir tertawa terbahak-bahak. Mendengar ceritanya. Namun demi kesopanan saya hanya membalas tersenyum kembali.

 

Lalu ia mulai bercerita. Bahwa 4 bulan yang lalu, saya melakukan sebuah kebajikan yang baik sekali. Saya cuma menggeleng. Karena memang saya tidak merasa ada yang istimewa. Semua berjalan seperti biasa. Ia hanya tersenyum. Dan mengatakan bahwa kebajikan yang telah saya perbuat, sangat dicemburui oleh setan. Saya berpikir peramal ini hanya mengada-ada saja. Malam itu sebelum tidur, saya mengingat-ingat apa yang saya perbuat 4 bulan yang lalu. Hanya ada satu yang terbayang. 4 bulan yang lalu saya membuka Healing Center yang dinamakan TIRTAYU. Hanya itu yang terbayang buat saya sebagai jawaban yang paling tepat. Masa sih itu perbuatan sederhana itu dapat menjadi sebuah kebajikan yang serius?

 

Lalu saya teringat satu peristiwa, menjelang akhir tahun. Hari itu hari Sabtu. Seorang pasien datang membawa anaknya yang sakit. Demam yang cukup tinggi. Dan selalu naik turun. Kebetulan ia adalah pasien yang terakhir. Kedua orang tuanya sangat khawatir. Dokter menduga ada infeksi tersembunyi. Dan meminta tes urine. Celakanya, ketika sample urine tiba, jam sudah menunjukan jam 4 sore. Semua laboratorium untuk test urine telah tutup semua. Perawat yang jaga, mengusulkan menunda test urine hingga Senin. Sang Ibu dengan wajah pucat dan was-was kelihatan sangat kuatir terhadap anaknya. Karena apapun bisa terjadi besok, kalau harus menunggu hingga Senin. Anaknya bisa saja bertambah sakit dalam 24 jam mendatang. Harus ada sebuah tindakan drastis. Akhirnya saya meminta supir saya membawa sample urine ke RS Pertamina, dan minta diuji di laboratorium saat itu juga, sambil menunggu hasilnya. Kami membujuk sang ibu pulang dan menunggu di rumah.  Dua jam berlalu, dan terasa sangat panjang. Luar biasa panjangnya.

 

Ketika hasil test urine datang, ternyata memang ada indikasi infeksi. Dokter segera kami telpon untuk memberitahu hasilnya. Namun celakanya tidak ada nada panggil. Kembali kami dag-dig-dug. Harap-harap cemas kami coba terus. Setelah 15 menit, akhirnya kami tersambung. Dokter kami beritahu hasil testnya, dan beliau meresepkan obat. Saya minta kepada perawat jaga, agar obat ditu dipesankan dulu diapotik. Baru sang ibu kita telpon untuk memberitahu hasilnya dan mengambil obat. Menjelang jam 7 malam, akhirnya sang ibu dengan suaminya datang, mengambil hasil test dan obat. Suaminya berulang kali mengucapkan terima kasih. Saya bisa melihat kelegaan yang luar biasa diwajah sang Ibu. Tanpa terasa saya ikut terharu. Bukan sedih. Tetapi kebahagian yang luar biasa.

 

Sebulan sebelum peristiwa itu terjadi, saya ditelpon seorang teman. Ia bercerita bahwa ibu dari teman-nya telah berusia cukup sepuh. Namun bertahun-tahun menderita berbagai penyakit, termasuk sakit kepala dan susah tidur. Kebetulan di Tirtayu Healing Center ada seorang praktisi acupuncture muda yang sangat progresif. Saya menyarankan untuk mencoba metode pengobatan ini. Ketika datang sang Ibu yang sudah sepuh ini, dikawal 4 orang, dan jalannya harus dipapah, serta serba sulit. Pemandangan yang cukup memilukan. Pengobatan pertama berjalan sangat baik. Pada pengobatan kedua, sang Ibu yang sepuh tadi sudah bisa berjalan sendiri. Menyaksikan dan menjadi saksi kesembuhan seperti itu rasanya ajaib sekali.

 

Kesembuhan yang kini sering saya saksikan, tidak melulu merupakan kesembuhan dari sebuah penyakit yang membahayakan hidup. Sering saya menyaksikan kesembuhan yang memperbaiki kualitas hidup seseorang. Seorang pria setengah baya, memiliki keluhan sakit di bagian tubuh bagian belakang. Kebetulan ia adalah pemain golf. Konon keluhan “back-pain” sering ditemukan pada mereka-mereka yang hobby main golf. Setelah mengalami perawatan fisioterapi di Tirtayu beberapa kali, akhirnya kami sempat mengobrol. Ia mengaku bahwa “back-pain” yang telah diderita tahunan, kini berangsur-angsur hilang. Yang paling menggembirakan adalah permainan golfnya membaik. Ia lebih sering menang main golf sekarang, setelah menjalani perawatan. Air mukanya, jelas menampakan kegembiraan yang ia nikmati saat bercerita dengan saya. Diam-diam saya sangat bersyukur atas kesembuhan sang bapak ini.

 

Kini saya mulai menyadari, dan merasakan rahmat itu satu demi satu. Menghitung satu demi satu kesembuhan yang telah saya saksikan. Kemarin salah satu dokter saya memasang foto-foto pasiennya di sebuah papan tulis didepan kamar prakteknya. Ia bercerita bahwa selama 4 bulan terakhir ini, ia menghitung ada lebih 200 pasien baru yang datang berobat  padanya. Barangkali boleh dikatakan ia telah melakukan 200 kesembuhan.  Bagi sang dokter yang mengambil sumpah Hippocratic, kehidupan profesinya yang penuh pengabdian untuk menyembuhkan, 200 kesembuhan itu memang bukan hal besar. Tapi bagi saya, yang baru kali ini bersentuhan dengan hal ini, semuanya terasa sangat emosional. Dan memang sangat terasa nyaman di hati saya. “It feels good ! It feels right !”

 

Kata jantung dalam bahasa Mandarin adalah “Xin” diucapkan “shin”. Terdiri dari pictogram atau symbol dua tangan yang saling bertemu didada, dan perahu dibawahnya, yang melambangkan keseimbangan. “Xin” juga diterjemahkan sebagai hati. Atau lengkapnya “heartmind”, sebuah konsep timur yang menyatukan jiwa raga secara fisik dan spiritual. Aksara “Xin” dalam bahasa Mandarin juga kita dapati menjadi bagian kata-kata lain, seperti sibuk, gembira, takut, kecewa, kuatir, penasaran, serakah, hati-hati dan lega. Sejumlah emosi yang menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Emosi yang sama konon separuh menimbulkan penyakit dan separuh sisanya justru menciptakan kesembuhan. Dan keseimbangan hidup adalah kunci misterinya. Ucapan peramal itu kini terasa seperti tepukan di punggung saya, untuk mengingatkan diri saya, bahwa membantu orang sembuh dan kembali sehat, memang adalah satu kebajikan hidup. Kebajikan yang patut kita perjuangkan dan amalkan! (Kafi Kurnia)