Di musim hujan ini khususnya di tempat banyak air tergenang mudah menjadi sarang bagi nyamuk Aedes aegypti yang bertubuh belang-belang, vektor virus demam berdarah Dengue (DBD). Untuk mencegah terjadinya penularan DBD, salah satu upaya adalah dengan 3M, yaitu menutup wadah air bersih di rumah seperti tangki atau bak air, membersihkan atau mengganti air di dalam wadah penampung air yang tak tertutup seperti vas bunga dll. setiap minggu supaya tidak menjadi sarang nyamuk (nyamuk bertelur di dinding wadah), dan terakhir mengubur barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk karena genangan air, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol bekas, dll.
Kalau sudah terkena DBD, bagaimana? Tentu harus berobat ke RS, dan segera lapor ke puskesmas agar lingkungan bisa difogging untuk membunuh nyamuk Aedes penular DBD. Pasien yang sudah sakit, jelas perlu diobati di RS, karena ada bahaya tiba-tiba berdarah, maka perlu diobservasi selama sekitar seminggu, sampai demam sudah turun dan jumlah trombosit naik kembali.
Bagi yang ingin memakai tambahan obat tradisional, perlu memperhatikan bahwa obat herbal tertentu dipakai pada fase penyakit tertentu. Misalnya pada fase demam tinggi, cocok dipakai herba penyejuk pendingin seperti sambiloto (Herba Andrographis), klembak (Rhizoma Rhei), labu parang, dosis sekitar 20-30g/hari, direbus diminum sarinya 2-3x/hari. Jika demam sudah turun, tak lagi cocok memakai herba pendingin, kalau keterusan bisa membuat perut kembung, takut dingin, dll. Jika angkak (beras fermentasi), daun jambu biji, yang tidak bersifat mendinginkan, boleh dipakai selama sakit, sesuai takaran yang dianjurkan dari label produknya. Bagi yang dirawat di RS, hendaknya member tahu juga dokter yang merawat tentang herba yang diminum. Karena dokter sekarang juga banyak yang mempelajari herba, sesuai program nasional “Roadmap Djamoe”, “Saintifikasi Djamoe”, “Ikonisasi Djamoe”, dll. Bahkan ada yang sudah mempelajari herba dalam pendidikan formal (S1, S2).
Demikian sedikit sharing tentang DBD. Semoga berguna. (japariesw@yahoo.com)