PENGANTAR
Mengapa kolom ini diberi nama “LEBIH JAUH DENGAN PIKIRAN”? Tak lain karena sebetulnya ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa pikiran merupakan faktor sangat dominan yang mempengaruhi hidup kita, bahkan menyetir pengambilan keputusan dan menuntun hidup kita ke arah sukses/gagal; namun kebanyakan kita tidak mengetahuinya.
Itulah maka kita menyaksikan, atau bahkan mengalami sendiri, betapa banyak yang mencoba mencari kebahagiaan, kepuasan, ketenangan dan kedamaian sampai ke ujung dunia. Mereka mengira semua yang diharapkan itu ada di luar sana. Padahal sesungguhnya jawaban ada di dalam diri mereka sendiri; yaitu di pikiran.
Mengenal cara kerja hingga kekuatan pikiran merupakan cara cerdas untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas hidup kita ke level yang lebih tinggi; di bidang kesehatan, bisnis/karier, ekonomi, percintaan, sosial, spiritual, pengembangan diri maupun hobi.
Yang jelas, dunia pikiran adalah dunia tanpa batas. Makin kita mengenalnya, makin tunduk patuh kita terhadap Sang Maha Kuasa.
Salam kasih.
Sebutlah namanya Rido, usia baru 21 tahun, seorang mahasiswa. Pemuda yang bercita-cita membangun bisnisnya sendiri ini sangat hobi menggambar, maka sesuai hasil tes bakat dan minat pula dia masuk ke jurusan Senirupa di perguruan tinggi ternama.
Apa yang terjadi? Tidak seperti harapan dan dugaan semula, ternyata Rido sangat malas kuliah. Teman-teman baik, orangtua maupun dirinya sendiri heran. Kok bisa, kuliah di jurusan sesuai minat dan bakat tapi malas menjalani?
Waktu Rido lebih banyak dihabiskan dengan bermain game dan mengotak atik kendaraan di rumah daripada di kampus. Orangtuanya menuduh Rido tidak konsisten, kecanduan game dan tidak bertanggungjawab. Hingga pada suatu hari sahabatnya menyarankan mengunjungi hipnoterapis.
Di ruang praktek, pikiran bawah sadar Rido memberi informasi bahwa pemuda itu malas kuliah karena harus banyak menggambar.
“Lho, bukannya menggambar adalah hobi Rido?” tanya saya.
“Iya, betul. Tapi di kampus menggambar bukan lagi hobi,” jawab bagian diri Rido.
“Kalau bukan hobi lantas apa?”
“Kewajiban,” katanya.
Aha! Persepsi yang berbeda di pikiran bawah sadar telah membuat Rido berperilaku lain. Ia bahkan mencoba hobi baru meninggalkan hobi dan bakatnya sejak kecil, karena hobi lama itu sudah menjadi kewajiban. Namun dengan re-edukasi pikiran bawah sadar, Rido sudah kembali ke bangku kuliah, bahkan jauh lebih tekun dan serius dibanding sebelumnya.
Pikiran memang ada dua macam, yaitu pikiran sadar dan bawah sadar. Yang perlu dicatat, meskipun pikiran sadar mantap kuliah di Senirupa, kalau bawah sadar tidak mendukung maka yang menuntun perilaku adalah pikiran bawah sadar. Mengapa? Kekuatan pikiran bawah sadar 9 x lebih besar dibanding pikiran sadar. (lihat kolom “Hipnoterapi” di www.sesawi.net). ( Theodora Widya Saraswati )