Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

PEMERIKSAAN KESEHATAN: Kebutuhan atau Pemborosan?


Selalu khawatir tentang kondisi tubuhnya, seorang teman selalu memeriksakan kesehatannya (medical check up) secara rutin setahun sekali. Ia beralasan bahwa dengan menjalankan pemeriksaan kesehatan secara rutin, penyakit-penyakit yang tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat segera dilakukan pencegahan dan pengobatan. Ternyata ia tidak sendiri. beberapa orang lain juga selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan alasan yang hampir serupa.  Tapi apakah memang alasan ini sudah tepat?

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan dalam Cochrane Library dari The Cochrane Collaboration menunjukan bahwa kewaspadaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin tidak mengurangi risiko kematian akibat dari penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung. Mengapa demikian?

Para peneliti dari Denmark telah melakukan penelitian dengan 14 percobaan jangka panjang (yang ditindaklanjuti setiap 9 tahun) yang melibatkan 182.880 orang. Beberapa diantaranya menjalani pemeriksaan kesehatan, dan sebagian lainnya tidak menjalaninya. Sembilan percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti dalam jumlah kematian selama masa penelitian dari dua kelompok tersebut, termasuk kematian yang disebabkan oleh kanker dan penyakit jantung.

“Dari bukti-bukti yang ada, menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan umum kurang bermanfaat,” Kata ketua peneliti dari The Cochrane Centre Nordic, Lasse Krogsboll. “Salah satu alasan untuk hal ini adalah kemungkinan para dokter mengindentifikasi masalah tambahan dan mengambil tindakan ketika mereka melihat pasien untuk alasan lain,” tambahnya.

Kewaspadaan orang untuk menghindari atau mencegah penyakit, sangat sulit untuk dilawan. Namun, bukti terakhir dari kelompok-kelompok kesehatan pemerintah di Amerika Serikat, seperti The United States Preventive Services Task Force (USPSTF) menunjukkan bahwa data tidak selalu mendukung pemikiran bahwa pemeriksaan rutin akan menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih baik.

Sebuah kasus dalam penelitian pemeriksaan kanker prostat dan payudara, menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan mammogram atau prostate specific antigen (PSA) dapat menyebabkan “perlakuan berlebih” (overtreatment) terhadap tumor yang kecil kemungkinannya menyebabkan penyakit serius dalam masa hidup seseorang. Sebaliknya menyebabkan ketegangan fisik dan emosional yang tidak perlu. USPSTF merekomendasikan seorang perempuan sebaiknya menunggu hingga usia 50 (bukan 40) untuk memeriksakan diri setiap tahun (dengan mammogram), dan kaum pria untuk tidak melakukan pemeriksaan dengan PSA sama sekali.

Para peneliti tidak menganjurkan para dokter untuk menghentikan pemeriksaan dan pengobatan, jika mereka percaya bahwa pasiennya mempunyai masalah kesehatan, namun tidak untuk masyarakat secara umum. Lebih jauh, ini mengindikasikan bahwa para tenaga kesehatan dianjurkan untuk lebih memokuskan masalah pasien dengan berbagai masalah spesifiknya, bukannya melakukan “pemborosan” sumberdaya dengan hal-hal yang tidak perlu yang bahkan dapat memunculkan masalah kesehatan lainnya.

Pendapat agak berbeda dinyatakan oleh dr. Armeilia A. Rachim, SpTHT yang mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan rutin tetap diperlukan oleh orang-orang yang sudah memasuki usai 40 tahun, untuk mendeteksi hal-hal atau penyakit yang tidak tampak gejalanya karena faktor usia. Namun, ia juga menambahkan bahwa sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan, ada baiknya tiap orang untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokternya untuk memastikan pemeriksaan kesehatan apa saja yang diperlukan untuk mencegah hal yang tidak perlu dan juga mencegah timbulnya problem kesehatan lain. Pendapat ini diamini oleh dr. Ari Fahrial Syam, yang menambahkan bahwa pemeriksaan dan tes screening secara teratur merupakan metode terbaik untuk mendeteksi gangguan yang mungkin sudah ada dalam tahap dini. Terlebih keberhasilan pengobatan yang dilakukan pada tahap ini sangat besar.

Fenomena sakitnya mantan Menteri Kesehatan RI, Endang Rahayu Sedyaningsih, yang terdekteksi mengalami gangguan di paru-parunya, mengingatkan kita juga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin. (ARP)